
JAKARTA | KindoNews com – Persaudaraan Alumni 212 akan menggelar reuni Akbar di Monas. Ribuan massa dikabarkan sudah memasuki kawasan Monas malam ini.
Salah satu aktivis kelahiran Betawi yang sangat mencintai ulama, Jalih Pitoeng berharap agar reuni Akbar tersebut menjadi ajang konsolidasi umat secara nasional.
“Semoga reuni ini dapat dijadikan ajang silaturahmi sekaligus konsolidasi umat Islam secara nasional” kata Jalih Pitoeng saat melakukan kunjungan ke yayasan As-Sya’adah di Pondok Kelapa Jakarta Timur.
“Dengan banyaknya paslon-paslon Banteng yang bertumbangan pada Pilkada serentak, hal ini menggambarkan suksesnya para ulama melakukan dakwah guna mencerdaskan umat” sambung Jalih Pitoeng.
Jalih Pitoeng juga mengingatkan bahwa umat Islam sudah sangat cerdas dalam memilih pemimpin.
“Saya meyakini bahwa umat Islam sudah sangat cerdas dalam menentukan pilihan mereka pada pilkada serentak ini kali ini” kata Jalih Pitoeng.
“Sehingga besar kemungkinan mereka tidak memilih paslon-paslon yang diusung oleh partai yang pernah mengusulkan HIP atau Haluan Ideologi Pancasila. Dimana partai tersebut ingin merubah Pancasila menjadi Trisila bahkan Ekasila” Jalih Pitoeng menegaskan.
Selain itu, Jalih Pitoeng berharap agar Reuni menjadi ajang silaturahmi sekaligus konsolidasi sebagai salah satu peran edukasi kepada masyarakat khususnya umat Islam.
“Mudah-mudahan para ulama yang hadir nanti dapat memberikan pencerahan pada umat islam peserta reuni Akbar” harap Jalih Pitoeng.
Lebih jauh, Jalih Pitoeng mengatakan bahwa pilkada ini bukan hanya sekedar perebutan kekuasaan dan pergantian kepemimpinan, tapi tentang bagaimana memelihara dan menjaga keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Ini bukan sekedar persoalan pilkada. Tapi tentang keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara” kata Jalih Pitoeng mengingatkan.
Ditanya tentang adanya ribuan paket sembako yang disegel oleh Panwaslu Kepulauan Seribu atas dugaan praktek-praktek money politik dan bagi-bagi sembako menjelang pencoblosan oleh pasangan calon tertentu, Jalih Pitoeng mengatakan bahwa itu adalah sebuah kemunduran demokrasi.
“Itu adalah sebuah kemunduran demokrasi. Oleh karena itu, rakyat dan umat harus dibekali pemahaman yang utuh dalam memilih pemimpin sekaligus menentukan nasib dan perjalanan bangsa ini” lanjut Jalih Pitoeng.
“Jangan karena dikasih selembar recehan dan seonggok sembako lalu lupa bahwa rakyatlah sesungguhnya pemilik negeri ini” celetuk Jalih Pitoeng.
Selaku ketua presidium Aliansi Selamatkan Indonesia (ASELI) yang sedang gigih memperjuangkan agar Indonesia kembali memberlakukan UUD 2945 inipun mengajak seluruh elemen bangsa untuk kembali kepada cita-cita luhur kemerdekaan Indonesia.
“Kita harus kembali kepada cita-cita luhur kemerdekaan bangsa Indonesia” ajak Jalih Pitoeng.
“Karena jika demokrasi kita dilakukan dengan cara brutal, curang apalagi melakukan tindakan-tindakan yang tidak bermartabat bahkan melanggar aturan, hukum dan perundang-undangan, maka demokrasi kita akan mengalami kemunduran bahkan menyesatkan” pungkas Jalih Pitoeng.