
JAKARTA | Kindonews.com – Masyarakat Betawi memang salah satu etnik dengan stratifikasi sosial terbuka. Sehingga ia sangat demokratis dan terbuka dalam interaksi sosial.
Sejak berdirinya Perhimpunan Kaoem Betawi 1923 dengan tokoh sentral M. Maseri dan Abdul Manaf serta Pemoeda Kaoem Betawi 1927, banyak organisasi yang mencoba mengerek nama Betawi.
Betawi menurut Imam Syafi’i jagoan Senen yang akrab dengan Bung Karno, ia menyatakan bahwa; “Betawi adalah Moral Penggerak (BEMORAK)”.
Hal ini ditekankan lantaran semangat Betawi figurnya adalah representasi dari tiga yakni; intelektual, ulama dan jawara.
Ketiga tokoh sentral ini menjadi semangat bagi kaum Betawi. Khususnya kalangan intelektual dengan representasi Rochyani Soeud, Mofreni Moe’min, MH.Thamrin, Ismail Marzuki dan lain-lain.
Kalangan ulama atau tuan guru jumlahnya sangat banyak (baca jaringan ulama Betawi; Fadli HS), antara lain Syeikh Junaid Al Batawi, Guru Mansur, Guru Majid, Guru Mughni, belakangan kiyai Noer Ali, Kiyai Abdullah Syafii, Muallim Syafii Hadzami dan beberapa guru lainnya.
Representasi jawara antara lain, Haji Naipin yang kemudian melahirkan murid seperi Pitung dan kawan-kawan.
Ketiga potensi ini selalu menjadi kekuatan utama dan rujukan bagi kaum Betawi. Pada masa orde lama kaum Betawi yang bergerak di organisasi kemasyarakatan sangat berhati-hati menyematkan kata Betawi pada Organisasi nya, lantaran kata “Betawi” memiliki keramat katanya.
Maka pada tahun 1975 an organisasi Betawi melakobkan namanya dengan kata “DJakarta”. Organisasi yang tumbuh pada tahun 1975 antara lain; Ikatan Warga Djakarta (IWARDA), Persatuan Masyarakat Jakarta Mohammad Hoesni Thamrin (PERMATA MHT), Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Keluarga Mahasiswa Betawi (KMB), Keluarga Pelajar Betawi (KPB), Ikatan Keluarga Besar Anak Djakarta (IKB ANDA), Ikatan Kerukunan Anak Djakarta (IKRAR), Pemangku Adat Betawi (MANGKUDAT), Betawi Ketimun selaku organisasi pendiri Bamus Betawi.
Organisasi Betawi ini pada masa Orde baru, tahun 1982 disatukan dalam wadah Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (BAMUS BETAWI), maka kemudian Bamus Betawi menjadi wadah sentral organisasi masyarakat Betawi.
Kemudian pada sekitar tahun 2013 an Bamus Betawi mulai mengalami polarisasi. Penyebab utamanya tentu kepentingan politik yang berbeda sehingga merambah pada Bamus Betawi serta ego ketokohan yang menonjol. Padahal awal berdiri nya Bamus Betawi 1982 didirikan oleh para tokoh Betawi yang memiliki afiliasi politik yang berbeda.
IWARDA misalnya, ia adalah organisasi sosial marsinalnya Golkar (Golongan Karya) saat itu. Sementara banyak juga tokoh Betawi yang saat itu afiliasi nya ke PPP (Partai Persatuan Pembangunan). Namun rapat pertama pembentukan Bamus Betawi justru difasilitasi oleh Wim Salamun, tokoh Betawi yang juga kader PDI (Partai Demokrasi Indonesia).
Artinya dengan sikap politik yang berbeda namun ketika berada di rumah besar Bamus Betawi mereka menyatu. Hari ini faktanya ada tiga organisasi Mengatasnamakan Bamus Betawi, yakni; Bamus Betawi pimpinan Riano P Ahmad, Bamus Suku Betawi 1982 pimpinan Zaenudin MH (Haji Oding) dan terakhir Bamus Betawi pimpinan Eki Pitung. Meski sempat di gelar Kongres Kaum Betawi pada 2023 lalu yang menghasilkan Majelis Kaum Betawi (MKB) namun lagi-lagi belum mampu menjadi perekat kaum Betawi.
Dengan situasi Bamus Betawi demikian maka saluran kaum Betawi sebagai komunikator Betawi dengan Pemerintah dan stakeholder lainnya sempat mengalami bias.
Karenanya kalangan muda Betawi membangun saluran baru yakni Kaukus Muda Betawi sebagai ikhtiar untuk menyerap dan menyampaikan pokok-pokok fikiran Kebetawian terkait dengan agenda Betawi jangka panjang dan skala yang lebih luas, antara lain gagasan dan nilai serta norma Kebetawian dalam Undang-undang.
Dengan terbitnya Undang-undang Daerah Khusus Jakarta maka ini menjadi momentum untuk kaum Betawi melakukan pembenahan diri. Ia mesti merubah mind set nya dan melakukan percepatan gerak penataan organisasi sekaligus berkaca pada sejarah panjang Kebetawian yang syarat dengan kearifan dan heroisme bukan sekedar kapitalisasi budaya Betawi secara pragmatis.(KN)
Jakarta, Rabu 26 Februari 2025
Dr. Azis Khafia
Pendiri Forum Pemuda Betawi