
JAKARTA | Kindonews.com – Pristiwa yang belum pernah terjadi selama ini yaitu pengungkapan sekaligus penggeladahan di Dinas Kebudayaan oleh pihak Kejaksaan Tinggi (Kejati) baru-baru ini menjadi sebuah ekspektasi yang tinggi bagi para pegiat seni di tanah Betawi.
Hal ini diungkapkan oleh belasan para pegiat seni budaya Betawi dalam salah satu pertemuan yang mengundang tokoh muda Betawi pemberani sekaligus pembaharu yang memberi harapan Jalih Pitoeng.
“Sebenarnya persoalan ini sudah lama terjadi” ungkap salah satu peserta pertemuan yang berlangsung Jum’at malam (20/12/2024).
“Namun kita tidak berani untuk mengungkapkannya” lanjutnya.
Salah satu korban yang tak mau disebut namanya tersebut mengatakan bahwa jika dirinya melakukan protes, maka dia tidak akan diberi lagi kegiatan.
“Kalau kita terlalu kritis maka kita tidak akan diberi kegiatan lagi oleh Dinas Kebudayaan” kenang nya.
Selain keluhan yang miris tersebut, Jalih Pitoeng yang mengawal kasus ini sejak masih proses reportase dan investigasi 5 bulan lalu, ternyata ada beberapa pristiwa fakta yang lebih tragis.
“Ada salah satu kegiatan yang tidak dibayar. Bahkan berulang pada tahun selanjutnya” kata Jalih Pitoeng.
“Angkanyapun sangat pantastis. Kurang lebih 600 juta rupiah” Jalih Pitoeng menegaskan.
“Bahkan sampai ada yang menjual rumahnya untuk menutupi beban guna menutup biaya untuk membayar para mitra pegiat seni budaya yang telah tampil dalam acara kesenian berbasis komunitas” lanjut Jalih Pitoeng menandaskan.
“Oleh karena itulah, terpanggil jiwa kita sebagai anak Betawi. Kewajiban moral dan kultural sesama anak Betawi ini berontak melihat kezaliman kolosal ini” kata Jalih Pitoeng.
Sosok anak Betawi yang memiliki pengalaman tentang seluk beluk mavia tanah diera tahun sembilan puluhan saat dirinya terjun didunia property ini mengatakan jangan bohongi dirinya dengan narasi-narasi kamuflatif dan upaya-upaya persuasif recehan.
“Saya ini bukan bocah korengan yang bisa dinina bobokan dengan narasi-narasi kamuflatif” lanjutnya tegas.
“Tidak mungkin kepala ikan yang berisi otak pengendali seluruh aktivitas dari kepala, badan, sirip hingga ekor bahkan sisik, jika ada bagian yang terluka dia tidak tahu” sindir Aktivis Betawi yang kritis tersebut.
Menyikapi pristiwa penggeledahan yang sangat fenomenal di dinas Kebudayaan Jakarta tersebut, Ketua FORMASI (Forum Aliansi Masyarakat Anti Korupsi) ini meminta kepada pihak Kejaksaan Tinggi untuk melakukan penyidikan secara totalitas dan menghukum semua yang terlibat sesuai dengan intensitas dan kapasitas perbuatannya.
“Secara pribadi dan mewakili para keluarga korban sekaligus atas nama kaum Betawi, saya meminta kepada Kejati untuk mengusut tuntas serta membongkar seluruh pristiwa terkait penyalah gunaan wewenang serta anggaran tahun 2022 hingga 2024 di dinas Kebudayaan DKI Jakarta” pinta Jalih Pitoeng tegas.
“Saya sangat meyakini bahwa para kaum Adiyaksa memiliki kapasitas dan integritas yang tinggi demi menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam penegakan hukum. Dan ini akan menjadi tantangan bagi para jaksa penyidik karena menjadi pusat perhatian masyarakat dan para netizen” tandas Jalih Pitoeng.
Masih menurut Jalih Pitoeng, perkara korupsi di dinas kebudayaan yang viral serta fenomenal ini sudah menjadi sorotan masyarakat luas termasuk dalam dunia maya. Sudah banyak pengguna media dan para tiktoker yang sudah memposting sikap dan tanggapan sekaligus sorotan mereka terhadap kasus ini.
“Saya perhatikan dalam beberapa hari pasca penggeledahan di kantor dinas Kebudayaan dan beberapa tempat yang memiliki korelasi dengan kasus ini sudah banyak mendapat perhatian bahkan telah menjadi sorotan dimasyarakat” ungkap Jalih Pitoeng.
“Jadi, bukan saja para pelaku korupsi yang sulit keluar dari jerat hukum Jaksa, akan tetapi pihak Kejaksaan itu sendiri juga sulit lepas dari sorotan publik” kata Jalih Pitoeng.
Selain itu, menurut hasil investigasi yang telah dilakukan hampir lebih dari 5 bulan tersebut, Jalih Pitoeng berpendapat bahwa ini adalah sebuah sindikasi korupsi yang sangat jahat. Artinya, sudah korupsi merupakan kejahatan luar biasa, ini korupsinya juga sangat luar biasa.
“Saya menduga kuat ada sindikasi korupsi yang sangat jahat dalam kasus ini” kata Jalih Pitoeng.
“Maka saya minta kepada Pj Gubernur DKI agar segera menonaktifkan para pejabat yang ada di dinas kebudayaan” pinta Jalih Pitoeng.
“Mulai dari Kadis, Sekdis, para kepala bidang yang memiliki irisan secara korelatif terhadap kasus yang sedang ditangani pihak kejaksaan saat ini” tegas Jalih Pitoeng.
“Kepada pihak Kejaksaan Tinggi juga kita minta untuk segera memeriksa semua yang telah saya sebutkan diatas” pinta Jalih Pitoeng.
“Jika perlu, seluruh Sudin-Sudin yang ada sebagai perpanjangan tangan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta” pungkas Jalih Pitoeng.(KN)