
JAKARTA | Kindonews.com – Pendiri sekaligus ketua umum Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Budaya Betawi (YASBI) Jalih Pitoeng, menyambut baik rencana Forum Pemuda Betawi menggelar kongres.
Menurutnya, kongres tersebut bisa dijadikan sebagai jalan untuk melakukan rekonstruksi perjuangan kaum muda Betawi sekaligus rekonstruksi budaya Betawi.
“Saya berharap, agar kongres Pemuda Betawi ini menjadi salah satu solusi untuk melakukan rekonstruksi perjuangan kaum muda Betawi” ungkap Jalih Pitoeng, Jum’at (14/02/2025).
“Dimana sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia bahwa pemuda Betawi tercatat memiliki andil besar dalam perjuangan bangsa” sambungnya mengingatkan.
“Oleh karena itu, diera globalisasi ini, para pemuda Betawi wajib menata kembali semangat perjuangan menjadi semangat pembangunan bangsa” harap Jalih Pitoeng
Jalih Pitoeng juga meyakini bahwa kala itu para pemuda Betawi banyak yang sangat berkualitas yang gigih dan kompak dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.
“Indonesia belum lahir kala itu. Tapi pemuda Betawi sudah ada dan ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia” kenang Jalih Pitoeng.
“Oleh karena itu, semangat patriotik yang dimiliki kaum muda Betawi harus direkonstruksi guna menghadapi era globalisasi saat ini” Jalih Pitoeng menambahkan.
“Demikian pula soal adat dan budaya Betawi” imbuhnya.
“Para kaum muda Betawi asli harus mengembalikan ruh perjuangannya sebagaimana para pendahulu kita” katanya.
Ditanya tentang banyaknya organisasi yang mengatasnamakan Betawi, ketua presidium Aliansi Selamatkan Indonesia ini menjawab dengan Arif dan bijaksana.
“Saya anak Betawi asli yang muslim dan menjunjung tinggi falsafah Pancasila” ungkap Jalih Pitoeng.
“Artinya, dalam konstitusi kita tidak ada larangan orang untuk berserikat dan berkumpul serta membentuk organisasi” Jalih Pitoeng mengingatkan.
“Namun, ketika mengatas namakan Betawi tentunya ada koridor dan etika serta adab yang harus dijaga dan pelihara serta dihormati agar organisasi tersebut mempunyai marwah, wibawa dan bermartabat” Jalih Pitoeng menegaskan.
“Saya tidak mengatakan bahwa saat ini banyak organisasi, lembaga dan institusi yang mengatas namakan Betawi yang lahir guna kepentingan profit dan politik oriented. Tapi perjuangan secara kultural Kebetawian sering kita lihat justru terjadi disorientasi” Jalih Pitoeng menandaskan.
“Banyak organisasi Kebetawian yang terjebak dalam kepentingan politik praktis. Ini yang tidak boleh terjadi” katanya lagi.
“Apalagi tentang lembaga keadatan yang sangat sakral” imbuhnya menegaskan.
“Seperti kita ketahui saat ini bahwa kaum Betawi sudah menggelar ‘Kongres Kaum Betawi’ dan melahirkan lembaga adat Majelis Kaum Betawi” Jalih Pitoeng mengingatkan.
“Namun sayangnya hingga saat ini belum dipublish struktur dan kepengurusannya” Jalih Pitoeng menyayangkan.
“Jika didalam kepemimpinan Majelis tersebut justru ditemukan orang-orang yang masih dipertanyakan originalitas garis keturunannya, bisa kita sebut namanya bukan Majelis Kaum Betawi tapi Majelis Warga Jakarta tepatnya” sindirnya pedas.
“Karena sejatinya lembaga tersebut harus bahkan wajib dipimpin oleh orang-orang yang berkompeten sekaligus memiliki kapasitas dan integritas serta memiliki originalitas Kebetawian” Jalih Pitoeng menegaskan.
“Saya bukan rasis atau anti kebhinekaan. Tapi ini soal keadatan. Kalau untuk membentuk dan memimpin organisasi masyarakat dan organisasi sosial lainnya silahkan saja. Karena konstitusi kita membolehkannya” kata Jalih Pitoeng.
Ditanya bagaimana cara mencari tokoh-tokoh calon pemimpin organisasi keadatan yang dimaksud Jalih Pitoeng, sosok anak Betawi yang kritis ini menjawab singkat.
“Gampang. Banyak koq tokoh-tokoh yang berkompeten ditanah Betawi” jawabnya singkat.
“Tinggal diinventarisir, sekaligus digali informasi untuk memverifikasi baik secara intelektualitas, moralitas, integritas, kapabilitas dan originalitas tentang garis keturunannya” pungkas Jalih Pitoeng.(KN)