
MATADI alias Adong – Ketua Umum KERABAT
JAKARTA | KindoNews – Kericuhan yang terjadi saat Ridwan Kamil melakukan kunjungan ke Rawa Bunga Jum’at malam mendapat perhatian khusus dari salah satu pimpinan ormas Betawi KERABAT.
Matadi alias Adong selaku ketua umum Kerukunan Anak Betawi (KERABAT) menyesalkan hal tersebut terjadi.
“Sekarang banyak orang mengaku-ngaku sebagai anak betawi. Apalagi saat menjelang pilkada saat ini” ungkap Adong, Sabtu (07/09/2024).
Selaku pengurus POB (Persatuan Orang Betawi) yang merupakan salah satu ormas pendiri Bamus Betawi, Adong mengatakan bahwa Bamus Betawi yang sah melanjutkan adalah Bamus Betawi yang dilanjutkan kepemimpinannya oleh almarhum haji Lulung.
“Sebenarnya Bamus Betawi yang secara sah untuk melanjutkan adalah Bamus Betawi yang terakhir dipimpin oleh almarhum haji Lulung” lanjut Adong.
“Sayang nya, Bamus Betawi dibawah pimpinan Riano saat ini kurang aktif. Bahkan mengalami kefakuman sejak dilaksanakannya Mubes Bamus ke VIII di Taman Mini setahun yang lalu” terang Adong.
“Sehingga membuka ruang adanya polemik yang saat ini terjadi” imbuhnya.
“Termasuk lahir nya Bamus Betawi-Bamus Betawi yang lain. Dan sebagai anak Betawi asli saya sangat kecewa” pungkas Adong menegaskan.
Sementara menurut salah satu aktivis yang kritis dari tanah Betawi, Jalih Pitoeng menyikapi pristiwa kericuhan tersebut dengan lebih bijaksana.
“Saya tidak menyalahkan sekolompok orang yang menolak kehadiran Ridwan Kamil tersebut” kata Jalih Pitoeng.
“Menurut saya, mereka bukan menolak kehadiran Ridwan Kamil nya. Akan tetapi penggunaan dan pengatas namaan Bamus Betawinya lah yang mereka berkeberatan” sambung Jalih Pitoeng.
“Oleh karena itulah beberapa hari lalu sudah saya sampaikan pada awak media bahwa Jangan ceburkan Bamus Betawi dalam kepentingan politik praktis” tegas Jalih Pitoeng.
“Selain hal tersebut akan membonsai kebesaran Bamus Betawi, bahwa kaum Betawi juga bisa berbeda dukungannya terhadap beberapa paslon. Bahkan banyak anak-anak Betawi yang tergabung dalam beberapa partai yang yang berbeda-beda” sambung Jalih Pitoeng mengingatkan.
“Sehingga sungguh sebuah kecerobohan besar jika Bamus Betawi secara institusional diseret-seret dalam kepentingan sesaat terutama dalam Pilkada” pungkas Jalih Pitoeng menegaskan.(KN)