“Namun, keberhasilan implementasi strategi ini memerlukan fokus pada konten yang tidak hanya imersif tetapi juga genuine dan bermakna. Generasi ini memiliki kepekaan yang tinggi terhadap ‘gimmick’ atau upaya promosi yang tidak selaras dengan nilai mereka, sehingga pengelolaan narasi merek yang otentik menjadi sangat penting,” ungkap Suci Marini Novianty M.Si.
Selain itu, ia melanjutkan strategi hyperlocal adalah salah satu kekuatan utama yang relevan dengan konteks Indonesia. Menyesuaikan pesan komunikasi dengan budaya lokal tidak hanya memperkuat koneksi emosional dengan audiens, tetapi juga menunjukkan penghormatan terhadap keberagaman budaya yang ada. Kolaborasi dengan influencer lokal juga dapat memperluas jangkauan dengan cara yang lebih personal dan terpercaya.
“Namun, perusahaan juga harus berhati-hati dalam CEO activism dan employee advocacy. Meskipun langkah ini dapat meningkatkan reputasi, konsistensi antara tindakan perusahaan dengan pesan yang disampaikan sangat penting untuk menghindari tuduhan ‘performative activism’, tindakan aktivisme yang lebih berfokus pada penampilan atau pertunjukan daripada pada tindakan nyata yang menghasilkan perubahan sosial yang signifikan. Zillennials cenderung memeriksa integritas sebuah merek secara mendalam, sehingga transparansi dan kejujuran harus menjadi prioritas,” papar Suci Marini Novianty M.Si.