
JAKARTA | KindoNews – Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI) melakukan riset opini publik mengenai persepsi masyarakat Banyuasin terhadap pilkada yang akan berlangsung pada 28 Juli 2024 – 5 Agustus 2024.
Menurut Togu, survei dilakukan terhadap 1000 orang yang dipilih menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error survei sebesar 3,5% dan tingkat kepercayaan mencapai 95%.
Para responden merupakan penduduk Banyuasin dengan usia di atas 17 tahun atau yang telah menikah.
“Pengambilan data dilakukan dengan wawancara tatap muka menggunakan kuisioner. Kendali kualitas dilakukan secara acak terhadap 20% dari total sampel oleh supervisor.” kata Direktur Eksekutif LKPI Togu Lubis dalam keterangan tertulis Rabu, (07/08/2024).
“Hasil survei menunjukan bahwa di Kabupaten Banyuasin masyarakat yang diwakili responden yang tahu akan adanya PILBUP 2024 mencapai 75,7% dan yang tidak tahu akan adanya Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati sebanyak 24,3% responden.” kata Togu.
“Sebanyak 81,5% responden akan memberikan suaranya pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Banyuasin, 10,6% responden mengatakan tidak akan memberikan suara dalam pemilu ini, dan 7,9% belum tahu.” ungkap Togu.
“Tingkat popularitas dan akseptabilitas bakal calon diuji dengan memberikan beberapa nama kandidat bupati menanyakan seberapa dikenal dan diterima nama kandidat di masyarakat.” kata Togu.
“Hasilnya tingkat pengenalan masyarakat terhadap bakal calon Askolani memang lebih tinggi dari Slamet Somosentono, dimana tingkat popularitas Askolani mencapai 88,2% dan Slamet Somosentono hanya 78,8% namun dari sisi kesukaan dan penerimaan oleh masyarakat Kabupaten Banyuasin sebagai Bupati, Slamet Somosentono jauh lebih tinggi dari Askolani dimana tingkat akseptabilitasnya mencapai 89,8% sedangkan Askolani hanya 42,2%.” paparnya.
“Untuk tingkat Elektabilitas dengan simulasi head to head antara pasangan Askolani-Netta Indian dengan pasangan Slamet Somosentono – Alfi Rustam, Pasangan Slamet Somosentono – Alfi Rustam berada di urutan teratas dengan 47,9% dengan Askolani-Netta Indian sebanyak 42,7% dan yang belum menentukan pilihan sebanyak 9,4%.” kata Togu.
“Korelasi antara tingkat Popularitas dan Akseptabilitas bakal Calon Bupati Banyuasin terhadap tingkat elektabilitas ditemukan dalam survei dimana dalam simulasi pertanyaan terbuka kepada responden, siapa yang akan dipilih sebagai Bupati Banyuasin antara Askolani dan Slamet Somosentono maka hasilnya Askolani hanya dipilih sebanyak 38,4% dan Slamet Somosentono dipilih sebanyak 47,6%, dan 14% belum menentukan pilihan.” ungkap Togu.
“Begitupun dalam simulasi dengan pertanyaan tertutup Ketika responden ditanyakan dari bakal dua pasangan Bupati dan Wakil Bupati yaitu Askolani-Netta Indian jika berhadapan dengan pasangan Slamet Somosentono-Alfi Rustam pasangan mana yang akan dipilih masyarakat, hasilnya pasangan Slamet Somosentono-Alfi Rustam unggul hingga 57,2% tingkat keterpilihannya sedangkan Askolani- Netta Indian hanya dipilih sebanya 33,1% dan selebihnya 9,7 tidak memilih.” lanjut Togu.
“Dari temuan survei didapati bahwa popularitas Askolani yang cukup tinggi hingga 88,2%, akibat adanya pemberitaan mengenai masalah rumah tangga Askolani yang menjadi buah bibir di Masyarakat.”ungkap Togu.
Sebanyak 94,7% responden mengetahui permasalah rumah tangga Askolani karena permasalahan tersebut sampai dilaporkan ke POLDA Sumsel karena diduga Askolani menikah lagi tanpa izin dan dilaporkan wanita asal Jakarta, yang bersangkutan juga menggugat yang cerai istri sahnya, dr Sri Fitriani.
“Ketika dilakukan pertanyaan tertutup mendalam, permasalahan tersebut menyebabkan rendahnya tingkat penerimaan dan kesukaan masyarakat pada Askolani. Dalam hal popularitas Askolani walaupun sangat tinggi namun masuk kategori popularitas perceived (terkenal tapi tidak disukai) karena reputasinya yang kurang positif dan merugikan perilaku pribadinya Contohnya, terkenal karena kasus dilaporkan ke aparat hukum, arogansinya terhadap kaum hawa dan perilaku minor lainnya.” Paparnya.
“Berbeda dengan popularitas Slamet Somosentono dimasyarakat Banyuasin masuk dalam kategori sosiometrik dimana muncul dari daya tarik individu yang disukai karena berbagai sifat baiknya dan perilakunya sebagai pemimpin dimasyarakat, memiliki kemampuan personal, memiliki empati dan sering membantu orang lain.”ucap Togu.
“Dalam ranah praktis, popularitas sosiometrik ini mengarah pada satu konstruk kesukaan atau akseptabilitas pada bakal bupati Banyuasin.” tegas Togu.
“Menurut Pengamat Komunikasi Politik dan Pemerhati KDRT dari Rutgers The state University of New Jersey, Rinjani Dwi Sudjono dipastikan Askolani sebagai Calon Bupati Banyuasin akan kalah akibat dugaan kasus perlakuan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yaitu pernikahan tanpa izin dari istri oleh Bupati Banyuasin, Askolani yang hingga kini masih diusut polda Sumatera Selatan ditambah lagi Askolani juga dilaporkan oleh Nova Yunita, wanita asal Jakarta yang mengaku sebagai istri sahnya sekaligus menuding Askolani melakukan penelantaran anak yang merupakan hasil pernikahan Askolani dan Nova yang tercatat di KUA Kertapati Palembang dengan akta nikah nomor 736/22/XII/2014.” kata Rinjani.
“Jika dilihat dari rekam jejak digital, Sri Fitriyanti juga akan melaporkan Askolani ke polisi dengan dugaan menggunakan data palsu saat Askolani menikahi Fitri pada 2019 silam.” paparnya.
“Tentu saja skandal menikah tanpa izin istri,dugaan melantarkan anak yang diduga di lakukan Askolani sudah melekat dan termaterai di ingatan masyarakat Banyuasin, sehingga faktor-faktor ini akan jadi pertimbangan masyarakat Banyuasin untuk tidak memilih Askolani sebagai bupati Banyuasin dalam pilkada nanti.” tegas Rinjani.
“Ini saatnya masyarakat Banyuasin melakukan pengadilan terhadap Askolani di pilkada Banyuasin” kata Rinjani Dwi Sudjono. (Hil)